GEJOLAKNEWS - Pusing lihat halaman rumah? Maunya hijau, tapi waktu tak ada. Maunya asri, tapi tenaga sudah habis di kantor.
Itu cerita Pak Tirtayasa, seorang manajer di bilangan Sudirman. Rumahnya tipe 45. Minimalis, katanya. Tapi halamannya lebih minimalis lagi. Kosong. Cuma tanah dan beberapa rumput liar yang enggan menyerah.
| Gambar dari Pixabay |
"Saya pulang sudah malam, Mas. Sabtu-Minggu maunya istirahat. Mana sempat urus taman?" keluhnya sambil menyeruput kopi. Pak Tirta tidak sendiri. Jutaan orang di kota besar punya masalah serupa. Rumah impian sudah terbeli, tapi tamannya terlupakan.
Padahal, taman itu jiwa rumah. Oase kecil di tengah hutan beton. Solusinya ada. Namanya taman kering. Perawatannya? Nyaris nol. Sempurna untuk kaum sibuk seperti Pak Tirta, dan mungkin juga Anda.
Filosofi Taman Kering: Bukan Sekadar Batu
Orang sering salah kaprah. Taman kering dianggap taman malas. Padahal, ini adalah seni menata. Seni menciptakan keindahan dengan elemen yang tak banyak menuntut.
Ini bukan soal menabur batu lalu selesai. Ini soal komposisi. Keseimbangan. Seperti melukis, tapi kanvasnya tanah dan catnya adalah elemen alam.
Memilih Elemen Kunci
Kekuatan taman kering ada pada tiga hal: batu, pasir, dan tanaman "bandel". Batunya bisa macam-macam. Batu koral putih untuk kesan bersih. Batu kali untuk nuansa alami. Batu lempeng untuk pijakan.Pasir juga bukan sekadar pasir. Ada pasir Bali yang halus, atau pasir zeolit yang warnanya khas. Lalu pilih tanaman yang tak manja. Kaktus, sukulen, lidah mertua (Sansevieria), atau agave. Mereka tahan panas dan tak perlu disiram setiap hari.
Bermain dengan Tekstur dan Warna
Kunci agar taman kering tidak monoton adalah tekstur. Gabungkan kerikil kecil dengan batu besar yang jadi fokus utama. Sisipkan satu atau dua pot terakota untuk memecah suasana.Warna juga penting. Jangan hanya satu warna batu. Kombinasikan abu-abu, putih, dan sedikit sentuhan hitam. Hasilnya adalah sebuah lanskap miniatur yang tenang dan sedap dipandang. Sebuah pemandangan yang tak akan membuat Anda merasa bersalah karena lupa menyiram.
Eksekusi Cerdas: Sentuhan Personal di Lahan Sempit
Lahan sempit bukan halangan. Justru, taman kering paling bersinar di area terbatas. Konsep "less is more" benar-benar berlaku di sini.
Eksekusinya bisa sangat personal. Bisa jadi sudut meditasi. Bisa juga jadi jalur setapak yang fungsional sekaligus estetik. Yang penting, jangan takut mencoba.
Sudut Zen di Teras Mungil
Punya teras belakang ukuran 2x3 meter? Sempurna. Jadikan itu sudut Zen pribadi. Taburkan kerikil putih sebagai dasarnya. Letakkan tiga batu besar dengan ukuran berbeda di salah satu sudut.Tambahkan satu pot berisi pohon Kamboja Bali atau Palem mini. Tanaman ini punya bentuk arsitektural yang kuat. Terakhir, pasang lampu sorot kecil dari bawah. Malam hari, sudut ini akan berubah jadi karya seni.
Jalur Setapak yang Bercerita
Jangan biarkan jalan dari gerbang ke pintu rumah begitu saja. Buat jadi jalur setapak yang menarik. Gunakan batu lempeng atau cetakan semen sebagai pijakan.Di sela-selanya, taburkan kerikil warna kontras. Di pinggirnya, tanam barisan lidah mertua yang perawatannya super mudah. Anda juga bisa menggunakan gabion atau keranjang kawat berisi batu sebagai pembatas atau bahkan bangku taman. Fungsional dan modern.
Pak Tirta akhirnya mencoba. Ia membuat taman kering Zen di halaman depannya yang mungil. "Sekarang, ngopi pagi jadi lebih nikmat," katanya. Halamannya tak lagi kosong. Rumahnya kini punya jiwa. Taman itu tidak lagi terlupakan.
#TamanKering #RumahMinimalis #InspirasiDesain
