GEJOLAKNEWS - Air laut itu dingin menusuk. Tapi Dr. Elias Vance tidak peduli. Matanya terpaku pada layar sonar di depannya. Sebuah anomali. Terlalu geometris untuk formasi alam.
Timnya di atas kapal riset "Nusantara Explorer" sudah skeptis selama berminggu-minggu. Mereka menyisir perairan di utara Laut Jawa. Berdasarkan naskah kuno yang dianggap mitos dan data seismik yang ganjil. Vance mempertaruhkan seluruh reputasinya.
Gambar dari Pixabay
"Turunkan ROV," perintahnya dengan suara serak. Lengan robotik kapal selam mini itu meluncur ke kedalaman yang gelap. Semua menahan napas. Di layar, hanya kegelapan dan partikel laut yang menari-nari. Lalu, sesuatu muncul. Sebuah garis lurus yang mustahil. Sebuah sudut 90 derajat yang sempurna. Itu adalah puncak sebuah tembok.
Gema dari Kedalaman Sunyi
Penemuan itu mengguncang dunia arkeologi. Bukan sekadar reruntuhan desa nelayan kuno. Ini adalah kompleks perkotaan yang luas. Dengan jalan-jalan lebar, alun-alun, dan sisa-sisa bangunan megah yang terkubur di bawah sedimen ribuan tahun. Media menjulukinya "Atlantis Nusantara". Vance lebih suka nama yang ia temukan di naskah: "KOTA ARUNIKA".
Selama puluhan tahun, sejarah peradaban dimulai dari Mesopotamia. Dari Sumeria. Buku-buku teks di seluruh dunia mengajarkan itu. Penemuan Kota Arunika merobek-robek keyakinan itu. Peta sejarah harus digambar ulang.
Karbon yang Berbicara Keras
Tim mengambil sampel organik dari sisa-sisa kayu struktural. Hasil penanggalan karbon-14 membuat semua orang terdiam. Usianya 11.500 tahun. Lebih tua 6.000 tahun dari Piramida Giza. Lebih tua dari Göbekli Tepe di Turki.
Ini bukan lagi soal siapa yang pertama membangun kota. Ini adalah pertanyaan tentang peradaban global yang hilang. Sebuah episode dalam sejarah manusia yang terhapus oleh bencana alam dahsyat. Kenaikan permukaan air laut di akhir Zaman Es.
Teknologi yang Tak Masuk Akal
Di salah satu bangunan yang diekskavasi, mereka menemukan artefak logam. Sebuah paduan yang tidak dikenal, sangat tahan korosi air laut. Analisis menunjukkan komposisi yang rumit. Membutuhkan tungku pemanas dengan suhu yang sangat tinggi untuk membuatnya.
Bagaimana peradaban Zaman Batu bisa memiliki teknologi metalurgi secanggih itu? Mereka juga menemukan sistem kanal bawah tanah yang presisi. Mengindikasikan pemahaman hidrologi dan teknik sipil yang luar biasa. Teori-teori lama terasa seperti dongeng anak-anak.
Narasi Baru untuk Kemanusiaan
Penemuan Kota Arunika bukan hanya milik Indonesia. Ini milik dunia. Ia memaksa kita untuk melihat kembali asal-usul kita. Bahwa nenek moyang kita mungkin jauh lebih maju dari yang kita duga.
Dunia akademik terbelah. Ada yang menyambutnya dengan gembira. Ada pula yang menolaknya mentah-mentah. Terlalu radikal. Terlalu merusak tatanan ilmu pengetahuan yang sudah mapan. Tapi bukti-bukti di dasar laut itu tidak bisa berbohong.
Menulis Ulang Buku Sejarah
Profesor Arkeologi dari Oxford yang awalnya skeptis, akhirnya datang langsung ke lokasi. "Saya telah mengajar selama 40 tahun," katanya dengan mata berkaca-kaca. "Dan hari ini saya sadar, sebagian besar yang saya ajarkan mungkin salah."
Pemerintah kini membentuk tim ahli internasional. Proyek ekskavasi terbesar dalam sejarah sedang direncanakan. Setiap artefak yang diangkat adalah satu halaman baru dalam buku sejarah peradaban manusia yang sedang ditulis ulang.
Pesan dari Arunika
Kisah Arunika adalah kisah tentang kehebatan. Sekaligus kisah tentang kerapuhan. Sebuah peradaban megah bisa lenyap dalam sekejap oleh kekuatan alam. Ditelan lautan, dilupakan oleh waktu.
Penemuan ini menjadi pengingat yang kuat di era modern. Di tengah ancaman perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Bahwa apa yang terjadi pada Arunika, bisa terjadi lagi pada kita. Pesan dari dasar laut itu jelas: jangan pernah meremehkan alam.
#KotaBawahLaut #Arkeologi #SejarahPeradaban