GEJOLAKNEWS - Anda kenal Captain America? Tentu saja. Prajurit kurus yang disuntik serum. Lalu jadi pahlawan super. Gagah. Kuat. Simbol harapan.
Kisah itu fiksi. Enak dibaca di komik atau ditonton di bioskop. Tapi ide di baliknya? Tidak sepenuhnya fiksi. Ide tentang menciptakan manusia super. Itu nyata. Dan jauh lebih kelam dari cerita Marvel.
| Gambar dari Pixabay |
Era Perang Dunia II adalah laboratorium raksasa. Laboratorium paling gila dalam sejarah manusia. Semua pihak ingin menang. Dengan cara apa pun. Termasuk mengubah prajurit biasa menjadi mesin pembunuh yang tak kenal lelah.
Ambisi Gila Poros Setan
Blok Poros, terutama Nazi Jerman, terobsesi dengan superioritas. Mereka tidak hanya ingin unggul dalam teknologi tank dan pesawat. Mereka ingin menciptakan prajurit unggul. Secara biologis.
Ambisinya melampaui batas nalar. Mengabaikan etika dan kemanusiaan. Hasilnya adalah serangkaian eksperimen mengerikan. Tujuannya satu: prajurit yang tidak merasa sakit, tidak butuh tidur, dan tidak takut mati.
D-IX: Koktail Narkotika Tentara Nazi
Namanya D-IX. Terdengar seperti kode roket. Tapi ini adalah pil. Sebuah koktail neraka yang diracik oleh para ilmuwan Nazi. Isinya? Lima miligram kokain, tiga miligram Pervitin (metamfetamin), dan lima miligram Eukodal (penghilang rasa sakit berbasis opioid).
Pil ini diuji coba pada para tahanan di kamp konsentrasi Sachsenhausen. Mereka dipaksa berbaris tanpa henti. Membawa beban 20 kilogram di punggung. Sebagian besar mampu berjalan lebih dari 90 kilometer tanpa istirahat.
Rencananya, pil D-IX akan dibagikan ke seluruh tentara Jerman. Bayangkan satu batalion penuh prajurit yang tidak bisa lelah. Tidak merasa takut. Tidak merasakan luka tembak. Manusia super versi mimpi buruk. Proyek ini untungnya telat. Perang keburu berakhir.
Neraka Beku Unit 731
Di sisi lain dunia, sekutu Jerman, Jepang, punya program sendiri. Namanya Unit 731. Fasilitas rahasia di Manchuria yang dipimpin oleh Jenderal Shiro Ishii. Ini bukan soal pil. Ini soal batas daya tahan tubuh manusia.
Salah satu eksperimen paling brutal adalah uji coba radang dingin (frostbite). Tahanan perang, kebanyakan dari Tiongkok dan Rusia, dibawa ke luar ruangan. Saat suhu di bawah nol. Lengan mereka dibiarkan membeku.
Para "peneliti" lalu mencoba berbagai metode pencairan. Ada yang disiram air panas. Ada yang dibiarkan begitu saja. Ada yang lengannya dipukul dengan tongkat untuk melihat seberapa rapuh tulang yang beku. Tujuannya? Mencari cara terbaik merawat tentara Jepang yang bertugas di cuaca ekstrem. Horor atas nama sains.
Perlombaan di Balik Garis Depan
Jangan kira hanya Blok Poros yang melakukannya. Blok Sekutu juga punya cara. Mungkin tidak sebrutal kamp konsentrasi. Tapi tujuannya sama: mendapatkan keunggulan lewat farmakologi dan psikologi.
Perang adalah perlombaan di segala lini. Termasuk di dalam tubuh para prajuritnya. Batas antara menyembuhkan dan "meningkatkan" menjadi sangat tipis. Sangat abu-abu.
Pil Keberanian Sekutu
Pasukan Amerika dan Inggris punya "teman kecil" mereka. Namanya Benzedrine. Sejenis amfetamin. Dikenal juga sebagai "pep pills" atau pil semangat. Pil ini dibagikan secara luas kepada para tentara, terutama pilot dan kru tank.
Tujuannya sederhana. Menghilangkan kantuk dan kelelahan. Seorang pilot B-17 bisa terbang dalam misi pengeboman selama belasan jam. Konsentrasi adalah kunci antara hidup dan mati. Benzedrine membantu mereka tetap terjaga. Tetap waspada.
Meski tidak "menciptakan" manusia super, ini adalah bentuk modifikasi performa. Sebuah pengakuan bahwa tubuh manusia biasa punya batas. Dan dalam perang, batas itu harus didobrak. Dengan segala cara yang tersedia.
Warisan Gelap dan Pertanyaan Moral
Perang akhirnya usai. Tapi ceritanya tidak. Apa yang terjadi pada para ilmuwan Nazi yang meracik D-IX atau menyiksa manusia di kamp? Sebagian diadili. Sebagian lagi tidak.
Melalui Operasi Paperclip, Amerika Serikat secara diam-diam merekrut lebih dari 1.600 ilmuwan, insinyur, dan teknisi Jerman. Termasuk beberapa yang punya catatan kelam di era Nazi. Pengetahuan mereka dianggap terlalu berharga untuk dibiarkan jatuh ke tangan Uni Soviet.
Kisah manusia super di Perang Dunia II bukanlah soal jubah dan kekuatan laser. Ini adalah kisah tentang ambisi gelap. Tentang pil narkotika, jarum suntik, dan laboratorium beku. Sebuah pengingat bahwa dalam pencarian kemenangan, kemanusiaan sering kali menjadi korban pertama.
#SejarahPerangDuniaII #EksperimenManusia #SainsMiliter
