GEJOLAKNEWS - Rina menatap layar laptopnya. Kosong. Pikirannya juga begitu. Dulu, jemarinya lincah menari di atas keyboard, merangkai proposal brilian. Kini, satu paragraf pun terasa seperti mendaki Everest.
Rina adalah manajer pemasaran yang sedang naik daun. Setidaknya, itu citranya setahun lalu. Sekarang, bosnya mulai sering memanggilnya. Bukan untuk memuji, tapi menanyakan target yang meleset dan ide yang tak kunjung mendarat.
Gambar dari Pixabay
Di luar kantor, hidupnya juga terasa hampa. Ia sudah tujuh tahun bersama Bima. Tujuh tahun yang terasa seperti satu tahun yang diulang tujuh kali. Tidak ada pembicaraan masa depan. Tidak ada kemajuan. Hanya rutinitas hambar yang dijalani atas nama "kenyamanan". Rina merasa terjebak.
Kisah Rina bukan anomali. Ia adalah cerminan banyak profesional muda yang hidupnya berantakan secara senyap. Penyebabnya bukan tekanan pekerjaan. Melainkan sebuah hubungan yang stagnan, relasi tanpa arah yang menggerogoti energi seperti parasit.
Racun Senyap di Balik Layar
Hubungan yang tidak bertumbuh ibarat tanaman di pot yang terlalu kecil. Akarnya tak bisa kemana-mana. Lama-lama, ia akan layu dan mati. Begitu pula jiwa manusia di dalamnya.
Efeknya tidak langsung terlihat. Ia bekerja di balik layar, menguras cadangan emosi dan mental sedikit demi sedikit. Sampai suatu hari kita sadar, kita sudah kehabisan bahan bakar untuk menjalani hidup.
Energi Habis, Mental Ambruk
Setiap hari, pikiran Rina dipenuhi pertanyaan. "Hubungan ini mau dibawa ke mana?". "Apakah dia masih mencintaiku?". Ketidakpastian ini adalah sumber kecemasan kronis.
Kecemasan itu menyedot energi mental yang luar biasa. Energi yang seharusnya dipakai untuk berpikir kreatif, menyelesaikan masalah, atau sekadar menikmati hidup. Akibatnya, ia jadi mudah lelah, gampang tersinggung, dan kehilangan minat pada hal-hal yang dulu ia sukai.
Harga diri pun perlahan terkikis. Bertahan dalam hubungan yang tidak jelas arahnya mengirimkan sinyal ke alam bawah sadar: "Aku tidak cukup berharga untuk mendapatkan kepastian". Perasaan ini melumpuhkan.
Karier Ikut Jadi Korban
Kesehatan mental yang ambruk pasti akan merembet ke area lain. Paling kentara adalah performa kerja. Otak yang sibuk memikirkan masalah pribadi tidak akan punya ruang untuk inovasi.
Fokus menjadi barang mewah. Rina sering kedapatan melamun saat rapat penting. Ia lupa membalas email klien dan melewatkan tenggat waktu. Reputasinya sebagai seorang profesional yang andal mulai goyah.
Ini bukan karena ia malas atau tidak kompeten. Ini karena seluruh sumber dayanya terkuras untuk bertahan di tengah badai emosi personal. Karier yang ia bangun dengan susah payah kini menjadi korban dari sebuah hubungan yang sakit.
Jalan Keluar dari Labirin Stagnan
Menyadari masalah adalah separuh dari solusi. Namun, bagian tersulitnya adalah berani mengambil tindakan. Keluar dari labirin stagnan butuh keberanian yang besar.
Banyak orang memilih bertahan karena takut akan kesendirian atau ketidakpastian di luar sana. Padahal, ketidakpastian di dalam hubungan yang mandek jauh lebih merusak dalam jangka panjang.
Menyalakan Lampu Tanda Bahaya
Bagaimana cara tahu sebuah hubungan sudah menjadi racun? Ada beberapa tanda yang jelas. Pertama, tidak ada lagi pembicaraan tentang masa depan bersama. Topik itu selalu dihindari.
Kedua, pertengkaran selalu berputar pada isu yang sama tanpa ada solusi. Ini menunjukkan tidak ada lagi keinginan untuk tumbuh bersama. Hanya ada keinginan untuk menang atau sekadar mengakhiri perdebatan.
Ketiga, Anda merasa lebih kesepian saat bersamanya ketimbang saat sendirian. Kehadirannya tidak lagi menenangkan, justru menambah beban pikiran. Jika tanda-tanda ini ada, lampu bahaya sudah menyala terang.
Memilih Diri Sendiri, Bukan Egois
Langkah selanjutnya adalah komunikasi yang jujur. Tanyakan arah hubungan ini. Jika tidak ada jawaban yang memuaskan, atau bahkan tidak ada jawaban sama sekali, maka keputusan ada di tangan Anda.
Meninggalkan hubungan yang sudah lama terjalin memang menyakitkan. Tapi, rasa sakit itu bersifat sementara, seperti operasi untuk mengangkat penyakit. Jauh lebih baik daripada membiarkan penyakit itu menggerogoti seluruh tubuh secara perlahan.
Memilih untuk menyelamatkan kesehatan mental dan karier Anda bukanlah tindakan egois. Itu adalah bentuk cinta paling murni pada diri sendiri. Karena pada akhirnya, Anda tidak bisa menuang dari cangkir yang kosong. Anda harus mengisi cangkir Anda terlebih dahulu.
#HubunganStagnan #KesehatanMental #PengembanganDiri