GEJOLAKNEWS - Pompeii adalah kota yang indah. Ia terletak di dekat Teluk Napoli. Di sana, Gunung Vesuvius berdiri megah. Penduduk Pompeii hidup damai, tak menyangka bahaya tersembunyi.
Itu adalah siang yang cerah pada 24 Agustus 79 Masehi. Kota itu ramai seperti biasa. Pedagang berteriak, anak-anak bermain di jalanan. Hidup berjalan normal, penuh warna.
| Gambar dari Pixabay |
Tak ada yang tahu, itu hari terakhir. Vesuvius akan meletus hebat. Seluruh kota akan terkubur, lenyap dari peta dunia.
Hingga berabad-abad kemudian. Pompeii ditemukan lagi. Mayat-mayat membatu menceritakan kisahnya. Kisah tragedi yang mengerikan.
Kehidupan di Bawah Bayangan Gunung
Gemuruh Peringatan yang Diabaikan
Penduduk Pompeii sebenarnya sudah akrab dengan gempa. Getaran tanah sering mereka rasakan. Rumah-rumah sempat rusak parah. Ini terjadi 17 tahun sebelum letusan.
Tapi mereka terbiasa. Gempa dianggap hal biasa. Vesuvius adalah bagian dari pemandangan. Gunung itu tampak damai.
Tak ada yang menganggap serius. Mereka membangun kembali kota. Hidup terus berjalan seperti biasa. Seolah tak ada ancaman.
Gunung Vesuvius tertidur lama. Terlalu lama untuk mereka ingat bahayanya. Itu menjadi kesia-siaan. Sebuah peringatan yang terabaikan.
Kota yang Penuh Warna
Pompeii adalah kota yang makmur. Bangunannya megah, jalanannya teratur. Ada forum, kuil-kuil indah, dan teater. Banyak orang kaya tinggal di sana.
Rumah-rumah dihiasi mural. Dindingnya penuh lukisan indah. Mozaik artistik ada di lantai. Itu menunjukkan selera seni mereka.
Pasar selalu ramai. Barang dagangan berlimpah. Toko roti mengepulkan aroma lezat. Ada pemandian umum, tempat bersosialisasi.
Hidup di Pompeii adalah kemewahan. Sebuah kota yang sibuk dan berbudaya. Penuh dengan tawa dan hiruk pikuk. Semua itu akan berhenti mendadak.
Detik-Detik Terakhir yang Mengerikan
Langit Gelap, Hujan Batu
Sekitar pukul satu siang, 24 Agustus 79 Masehi. Vesuvius meledak dengan dahsyat. Langit mendadak gelap. Sebuah awan jamur raksasa membumbung tinggi.
Awalnya, hujan batu apung. Batuan kecil berwarna putih jatuh dari langit. Orang-orang panik. Mereka berlindung di rumah.
Beberapa mencoba melarikan diri. Mereka menuju pelabuhan. Berharap bisa naik kapal. Tapi banyak yang terjebak.
Abu vulkanik mulai tebal. Rumah-rumah roboh. Jalanan tertutup material. Orang-orang kesulitan bernapas. Kegelapan total menyelimuti kota.
Gelombang Panas Mematikan
Malam tiba. Letusan semakin ganas. Gunung Vesuvius terus memuntahkan isi perutnya. Pompeii tertimbun semakin dalam.
Lalu, datanglah gelombang panas mematikan. Ini disebut aliran piroklastik. Campuran gas panas, abu, dan bebatuan. Suhunya bisa mencapai ratusan derajat Celcius.
Gelombang ini melaju sangat cepat. Menghantam Pompeii dalam hitungan detik. Tak ada yang bisa bertahan. Panasnya membakar segalanya.
Orang-orang langsung tewas. Tubuh mereka mengeras seketika. Terkubur di bawah abu tebal. Posisinya membeku, seperti saat-saat terakhir mereka.
Ada yang sedang makan. Ada yang sedang tidur. Ada yang memeluk anak-anaknya. Semua langsung membatu di tempatnya.
Abu itu mengeras. Membentuk cetakan sempurna. Mencetak posisi tubuh mereka. Menjaga bentuknya selama ribuan tahun.
Saat para arkeolog menemukannya, mereka terkejut. Ada rongga kosong di dalam abu. Itu adalah cetakan tubuh manusia. Mereka mengisinya dengan gips.
Terungkaplah bentuk-bentuk tragis. Orang-orang bersembunyi. Ada yang berdoa. Ada yang berusaha melindungi diri. Itu adalah penampakan pilu.
Pompeii terkubur sempurna. Sebuah kota mati yang terawetkan. Saksi bisu kekuatan alam. Sebuah peringatan abadi bagi kita semua.
#Pompeii #AbuVulkanik #TragediSejarah
