GEJOLAKNEWS - Sejarah itu tidak selalu soal raja besar dan penaklukan hebat. Tidak melulu tentang strategi brilian di medan perang yang luas. Kadang, sejarah itu... aneh. Aneh sekali.
Buku-buku tebal sering lupa mencatatnya. Tapi di sela-sela lembarannya, ada kisah-kisah yang lebih mirip lelucon. Kisah tentang perang yang selesai sebelum kopi pagi Anda dingin. Atau perang di mana tentara bersenjata lengkap lari tunggang langgang. Dikejar burung.
| Gambar dari Pixabay |
Inilah dua bab paling absurd dari buku sejarah dunia. Kisah yang membuktikan bahwa kenyataan seringkali jauh lebih gila dari fiksi. Siapkan diri Anda, karena ini benar-benar terjadi.
Perang Tercepat di Dunia
Seberapa cepat sebuah negara bisa takluk? Sebulan? Seminggu? Coba pikirkan lagi. Sejarah mencatat sebuah perang yang durasinya lebih pendek dari satu episode sinetron. Hanya 38 menit. Inilah kisah Perang Inggris-Zanzibar.
Sultan yang Melawan Arus
Zanzibar, 25 Agustus 1896. Sultan Hamad bin Thuwaini, pemimpin yang pro-Inggris, mangkat secara mendadak. Istana berduka. Tapi di balik duka, ada perebutan kekuasaan yang cepat.
Khalid bin Barghash, keponakan sultan, bergerak gesit. Tanpa restu Inggris, ia menduduki istana dan memproklamirkan diri sebagai sultan baru. Inggris, sebagai kekuatan pelindung, tentu saja murka. Mereka sudah punya calon sendiri.
Inggris tidak suka dibantah. Apalagi oleh negara protektorat kecil. Sebuah ultimatum pun dikirimkan kepada Sultan Khalid. Turun takhta sebelum pukul 09:00 pagi, tanggal 27 Agustus. Jika tidak, akan ada konsekuensi.
38 Menit yang Menentukan
Sultan Khalid merasa percaya diri. Ia punya 2.800 pasukan yang setia dan sebuah kapal pesiar mewah yang dipasangi meriam. Ia mengabaikan ultimatum itu. Sebuah kesalahan fatal.
Di pelabuhan, Angkatan Laut Kerajaan Inggris sudah menunggu. Lima kapal perang modern mengarahkan moncong meriamnya ke istana. Waktu terus berjalan. Pukul 09:00 pagi, ultimatum berakhir.
Tepat pukul 09:02, tembakan pertama meletus. Neraka pun pecah. Istana kayu sultan dihujani proyektil peledak tinggi. Dalam hitungan menit, istana itu hancur lebur dan terbakar. Kapal pesiar kebanggaan sultan tenggelam setelah beberapa kali tembakan.
Pukul 09:40, bendera di istana diturunkan. Perang selesai. Total durasi: 38 menit. Sultan Khalid kabur ke konsulat Jerman. Perang tersingkat dalam sejarah pun resmi tercatat. Sebuah pelajaran mahal tentang jangan pernah melawan Angkatan Laut Inggris dengan kapal pesiar.
Saat Manusia Dikalahkan Burung
Jika perang 38 menit terdengar konyol, tunggu sampai Anda mendengar kisah dari Australia. Ini bukan perang antarmanusia. Ini adalah perang antara Kerajaan Australia melawan… burung emu. Dan tebak siapa yang menang? Burungnya.
Mayor Meredith dan Senapan Mesin Lewis
Australia Barat, tahun 1932. Para veteran Perang Dunia I yang menjadi petani sedang pusing tujuh keliling. Ladang gandum mereka yang luas diserbu oleh sekitar 20.000 ekor burung emu. Burung raksasa tak bisa terbang ini memakan dan merusak tanaman dengan brutal.
Para petani mengeluh ke pemerintah. Menteri Pertahanan, Sir George Pearce, punya ide cemerlang. Kenapa tidak mengirim tentara saja? Ini bisa jadi latihan menembak yang bagus dan sekaligus menyelesaikan masalah hama.
Maka, dikirimlah Mayor G.P.W. Meredith dari Artileri Kerajaan Australia. Ia tidak datang dengan tangan kosong. Ia dibekali dua pucuk senapan mesin Lewis dan 10.000 butir amunisi. Misi mereka: memusnahkan gerombolan emu. Di atas kertas, ini akan jadi pembantaian.
Taktik Gerilya Para Emu
Kenyataan di lapangan jauh dari harapan. Upaya pertama, para tentara mencoba menyergap sekawanan emu. Tapi burung-burung itu cerdik. Mereka menyebar ke segala arah, membuat senapan mesin yang berat jadi tidak efektif.
Upaya kedua lebih memalukan. Sebuah senapan mesin dipasang di atas truk untuk mengejar para emu. Tapi para emu berlari lebih cepat dan lincah di medan yang berat. Truk itu tidak bisa mengejar, dan guncangannya membuat penembak mustahil membidik target.
Mayor Meredith frustrasi berat. Ia menyebut para emu punya taktik gerilya yang luar biasa. "Setiap kawanan tampaknya punya pemimpin," keluhnya. "Seekor burung besar yang waspada, yang akan memberi peringatan saat kami mendekat." Setelah ribuan peluru ditembakkan dengan hasil hanya beberapa ekor emu yang mati, militer menyerah. Mereka menarik pasukan. Media menjulukinya "Perang Emu Agung", dan manusia resmi dinyatakan kalah. Burung-burung itu menang.
#SejarahUnik #PerangEmu #PerangAnglo-Zanzibar
