Kisah Nyata Pembobolan Bank Terbesar di Dunia yang Hampir Sempurna

GEJOLAKNEWS - Dunia tidak pernah tidur. Terutama dunia digital. Di sana, di balik deretan angka dan kode, pertempuran terjadi setiap detik.

Ini bukan kisah fiksi. Ini terjadi pada Februari 2016. Targetnya bukan bank kecil di pelosok. Melainkan rekening Bank Sentral Bangladesh di Federal Reserve Bank of New York. Tempat paling aman untuk menyimpan uang sebuah negara.

Para peretasnya pun bukan amatiran. Mereka adalah hantu. Hantu digital yang bekerja dalam senyap. Mereka merencanakan segalanya dengan presisi seorang ahli bedah. Nyaris sempurna.

Detik-Detik Serangan Digital

Semua direncanakan di waktu yang tepat. Saat semua orang lengah. Saat sistem penjagaan sedikit longgar. Mereka tahu kapan harus menekan tombol "enter".

Malam itu, Dhaka, ibu kota Bangladesh, sedang bersiap menyambut akhir pekan. Hari Jumat adalah hari libur di sana. Namun di New York, hari masih Kamis. Jam kerja masih berlangsung.

Peretas memanfaatkan celah waktu ini. Celah antara dua dunia yang berbeda zona waktu. Mereka siap melancarkan pukulan mematikan. Pukulan senilai hampir satu miliar dolar.

Operasi Senyap di Dunia Maya

Para peretas ini tidak terburu-buru. Mereka sudah berada di dalam sistem Bank Bangladesh selama berbulan-bulan. Mengintai. Mempelajari setiap detail.

Mereka tahu cara kerja sistem SWIFT. Sistem perpesanan antarbank global yang menjadi urat nadi keuangan dunia. Mereka mencuri kredensial yang sah. Mereka seperti pegawai bank itu sendiri.

Dengan akses itu, mereka mulai beraksi. Puluhan perintah transfer dikirim dari Dhaka ke New York. Terlihat sangat otentik. Tidak ada yang mencurigakan sama sekali.

Malam Panjang di Tiga Benua

Total perintah transfer itu mencapai $951 juta. Angka yang luar biasa besar. Uang itu diperintahkan untuk dikirim ke berbagai rekening di Filipina dan Sri Lanka.

Di New York, para petugas The Fed mulai memprosesnya. Satu per satu, transaksi disetujui. Lima transaksi pertama, senilai $101 juta, berhasil lolos. Uang mengalir keluar dari brankas digital.

Para peretas di Korea Utara—yang kemudian diidentifikasi sebagai Lazarus Group—pasti sedang bersorak. Rencana mereka berjalan mulus. Mereka hanya tinggal menunggu sisa $850 juta lagi.

Kegagalan Karena Sebuah Kekeliruan Kecil

Namun, kesempurnaan itu retak. Retak karena hal yang sangat sepele. Hal yang bahkan terdengar konyol untuk sebuah operasi peretasan kelas kakap.

Sebuah kesalahan ketik. Satu kata yang salah eja. Itulah kerikil kecil yang menggagalkan longsoran batu besar. Dunia keuangan global terselamatkan oleh sebuah kebetulan.

Kecerobohan kecil itu menjadi alarm. Alarm yang berbunyi nyaring di tengah operasi senyap mereka.

Satu Huruf yang Mengubah Segalanya

Salah satu perintah transfer ditujukan untuk sebuah lembaga di Sri Lanka. Nilainya $20 juta. Nama penerimanya adalah Shalika Foundation.

Namun, peretas salah mengetik. Mereka menulis "Shalika Fandation". Kurang huruf "o". Kata "Fandation" tidak ada dalam kamus perbankan mana pun.

Bank perantara, Deutsche Bank, melihat keanehan ini. Sistem otomatis mereka menandai transaksi itu. Petugas pun meminta klarifikasi ke Bank Bangladesh. Tentu saja tidak ada jawaban. Di Dhaka, semua sedang libur.

Kepanikan dan Pengejaran di Dunia Nyata

Kecurigaan karena salah ketik itu membuat The Fed waspada. Mereka juga heran dengan jumlah permintaan transfer yang begitu masif dalam waktu singkat. Mereka menghentikan 30 transaksi berikutnya.

Sabtu pagi di Dhaka, para pejabat bank mulai curiga. Printer untuk mencetak laporan transaksi SWIFT rusak. Ternyata, peretas sengaja merusaknya untuk menutupi jejak.

Ketika sistem berhasil dipulihkan, kepanikan pecah. Mereka melihat uang negara mereka terkuras habis. Panggilan telepon dan faks darurat dikirim ke seluruh dunia. Hentikan semua transaksi!

Uang senilai $20 juta ke Sri Lanka berhasil diblokir. Namun, $81 juta sudah terlanjur mendarat di Filipina. Uang itu dengan cepat dicuci melalui kasino-kasino di Manila dan lenyap tanpa jejak.

Kisah ini menjadi pelajaran. Bahwa dalam perang digital, benteng terkuat sekalipun bisa runtuh. Dan terkadang, pahlawannya bukanlah antivirus canggih, melainkan sebuah kesalahan ketik yang konyol.



#PerampokanBank #KejahatanSiber #BangladeshBank

LihatTutupKomentar
Cancel

BERITA BANGANCIS.WEB.ID

Memuat artikel...