GEJOLAKNEWS - "Good night, Malaysian three seven zero." Suara itu tenang. Tidak ada nada panik sama sekali. Itulah pesan terakhir dari kokpit MH370.
Setelah itu, sunyi. Pesawat Boeing 777 itu lenyap. Menelan 239 jiwa di dalamnya. Lenyap dari layar radar sipil pada 8 Maret 2014.
Sebuah penerbangan rutin dari Kuala Lumpur ke Beijing. Berubah menjadi misteri penerbangan terbesar abad ini. Satu dekade berlalu. Jawaban masih terkunci rapat.
Dunia bertanya-tanya. Di mana mereka? Apa yang sebenarnya terjadi di atas Laut Cina Selatan yang gelap itu?
Jejak yang Lenyap di Udara
Malam itu, semuanya tampak normal. Pesawat lepas landas sesuai jadwal. Cuaca cerah. Tidak ada laporan masalah teknis.
Namun, di titik serah terima wilayah udara antara Malaysia dan Vietnam, keanehan dimulai. Pesawat itu menghilang begitu saja.
Transponder yang Mati Mendadak
Setiap pesawat punya transponder. Alat ini memancarkan identitas dan posisi ke menara kontrol. Transponder MH370 tiba-tiba mati.
Bukan karena rusak. Seseorang sepertinya sengaja mematikannya. Pesawat itu menjadi hantu. Tak terlihat oleh radar sipil.
Tapi radar militer berbeda. Ia melihat sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat bulu kuduk berdiri.
Manuver Aneh di Langit Gelap
Radar militer Malaysia menangkap sebuah titik. Titik itu berbelok tajam ke arah barat. Menyimpang jauh dari rute seharusnya ke Beijing.
Ini bukan manuver biasa. Ini adalah manuver yang disengaja. Diterbangkan oleh tangan yang tahu apa yang dilakukannya.
Siapa yang memegang kendali? Pilot? Kopilot? Atau seseorang yang tak seharusnya ada di kokpit? Pertanyaan itu menggantung tanpa jawaban.
Pesawat hantu itu terbang selama berjam-jam. Melintasi Semenanjung Malaya. Menuju entah ke mana di atas Samudra Hindia yang maha luas.
Pencarian Terbesar dan Teori Liar
Kabar hilangnya MH370 mengguncang dunia. Operasi pencarian terbesar dalam sejarah pun dimulai. Puluhan negara mengerahkan kapal dan pesawat.
Harapan keluarga membuncah. Mereka menanti kabar baik. Namun hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Kabar itu tak kunjung datang.
Yang datang justru keputusasaan. Dan serpihan-serpihan teori yang lebih liar dari imajinasi.
Samudra Hindia yang Luas
Penyidik tidak buta sama sekali. Mereka punya satu petunjuk terakhir. Petunjuk itu datang dari satelit Inmarsat di angkasa.
Pesawat, meski sistem komunikasinya mati, masih mengirim sinyal "ping" otomatis. Sinyal ini ditangkap satelit. Analisis data "ping" ini menunjukkan sebuah koridor panjang.
Koridor itu membentang di selatan Samudra Hindia. Sebuah area terpencil. Salah satu perairan paling dalam dan ganas di dunia.
Pencarian pun difokuskan di sana. Robot bawah air dikerahkan. Dasar samudra disisir inci demi inci. Hasilnya nihil. Hanya beberapa serpihan yang kemudian terdampar di pantai Afrika, seperti flaperon di Pulau Reunion, yang dipastikan milik MH370.
Pilot, Pembajak, atau Hantu?
Tanpa kotak hitam, yang ada hanya teori. Teori pertama menunjuk pada pilot, Kapten Zaharie Ahmad Shah. Ia dituduh melakukan bunuh diri massal.
Penyelidik memeriksa simulator penerbangan di rumahnya. Ditemukan rute penerbangan yang mirip dengan jalur terakhir MH370. Tapi bukti kuat tidak ada.
Teori kedua adalah pembajakan. Tapi siapa pelakunya? Tidak ada tuntutan. Tidak ada klaim tanggung jawab. Aneh.
Lalu ada teori hipoksia. Kabin kehilangan tekanan. Semua orang di dalam pesawat pingsan karena kekurangan oksigen. Pesawat pun menjadi "penerbangan hantu" yang terus terbang dengan autopilot hingga kehabisan bahan bakar.
Hingga hari ini, keluarga korban hidup dalam limbo. Tanpa jasad. Tanpa kepastian. Tanpa penutupan.
MH370 tidak jatuh. Ia lenyap. Samudra Hindia yang dingin masih menyimpan rahasianya dengan rapat. Sebuah luka menganga dalam sejarah aviasi modern.
#MH370 #MisteriPenerbangan #HilangnyaPesawat