GEJOLAKNEWS - Kisah Mowgli bukan sekadar dongeng. Ia nyata. Ada di dunia kita.
Tapi jangan bayangkan nyanyian riang di tengah hutan. Realitasnya jauh lebih kelam. Penuh kepedihan. Ini adalah cerita tentang anak-anak yang hilang dari peradaban. Lalu 'dipungut' oleh alam.
Gambar dari Pixabay
Mereka disebut feral children. Anak-anak liar. Mereka tumbuh tanpa bahasa manusia, tanpa sendok garpu, tanpa norma. Keluarga mereka adalah serigala, anjing, atau monyet. Dunia mereka adalah hukum rimba yang sesungguhnya.
Kisah mereka bukanlah petualangan yang seru. Melainkan sebuah tragedi tentang isolasi dan perjuangan untuk kembali menjadi manusia. Sesuatu yang ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Di Luar Nalar, Di Dalam Hutan
Alam punya cara sendiri untuk mengisi kekosongan. Ketika seorang anak manusia terbuang, terkadang sekelompok hewan liar justru datang memberi perlindungan. Aneh, tapi nyata.
Ini bukan tentang belas kasihan seperti di film. Ini tentang insting. Tentang dinamika kawanan yang menerima anggota baru yang aneh. Anggota baru yang berjalan dengan dua kaki.
Oxana, Gadis Anjing dari Ukraina
Namanya Oxana Malaya. Ditemukan tahun 1991. Saat usianya delapan tahun.
Ia tidak ditemukan di rumah. Melainkan di sebuah kandang anjing di belakang rumahnya. Orang tuanya pecandu alkohol. Abai. Melupakannya di luar saat ia masih balita.
Udara dingin Ukraina membuatnya merangkak mencari kehangatan. Ia menemukannya di kandang anjing. Kawanan anjing di sana tidak mengusirnya. Mereka justru menerimanya.
Ketika ditemukan, Oxana tidak bisa bicara. Ia hanya menyalak dan menggonggong. Ia berjalan merangkak. Ia makan dan minum seperti anjing, langsung dari mangkuk di lantai. Indera penciumannya luar biasa tajam.
Oxana adalah bukti nyata. Batas antara manusia dan hewan bisa begitu tipis. Terutama ketika cinta orang tua tak pernah ada.
John dan Keluarga Monyetnya
Lain lagi cerita John Ssebunya. Dari Uganda. Kisahnya dimulai dari sebuah trauma yang mengerikan.
Ia melihat ayahnya membunuh ibunya. Ketakutan, bocah empat tahun itu lari ke hutan. Sendirian. Tanpa tujuan.
Di sanalah ia bertemu keluarga barunya. Sekawanan monyet vervet. Awalnya mereka waspada. Tapi lama-kelamaan, mereka menerimanya.
John belajar dari mereka. Cara memanjat pohon. Cara mencari makan: umbi-umbian dan buah-buahan. Ia berkomunikasi dengan pekikan dan gerak tubuh khas monyet. Ia menjadi bagian dari kawanan.
Saat ditemukan beberapa tahun kemudian, tubuhnya penuh luka. Lututnya menebal karena terlalu sering merangkak. Ia telah lupa cara menjadi manusia. Monyet adalah satu-satunya keluarga yang ia kenal.
Kembalinya 'Anak Hutan': Sebuah Perjuangan
Menemukan mereka hanyalah awal dari sebuah jalan yang terjal. Membawa mereka kembali ke dunia manusia adalah perjuangan seumur hidup. Sebuah perjuangan yang sering kali tidak sepenuhnya berhasil.
Mereka harus belajar semuanya dari nol. Cara memakai baju. Cara memegang sendok. Cara tidur di kasur. Hal-hal yang kita anggap sepele, bagi mereka adalah teka-teki yang rumit.
Hilangnya Jendela Bahasa
Tantangan terbesar adalah bahasa. Mengapa mereka sangat sulit untuk bisa bicara dengan lancar? Jawabannya ada di dalam otak.
Ada yang namanya 'jendela kritis' atau critical period untuk belajar bahasa. Biasanya dari lahir hingga usia pubertas. Di masa inilah otak paling elastis untuk menyerap struktur bahasa.
Jika jendela itu terlewat, pintu untuk belajar bahasa ibu secara fasih hampir tertutup rapat. Otak sudah terlanjur kaku. Mereka bisa belajar beberapa kata, tapi untuk merangkai kalimat kompleks? Hampir mustahil.
Itulah mengapa Oxana dan John, bahkan setelah bertahun-tahun terapi, kemampuan verbalnya tetap terbatas. Jendela itu sudah tertutup bagi mereka di tengah hutan.
Antara Dua Dunia
Pada akhirnya, mereka terjebak. Ditarik paksa dari satu-satunya dunia yang mereka kenal. Dimasukkan ke dalam dunia baru yang asing dan membingungkan.
Mereka bukan lagi anggota kawanan hewan. Tapi juga tak pernah bisa sepenuhnya menjadi manusia. Mereka hidup di antara dua dunia, tanpa benar-benar menjadi bagian dari salah satunya.
Kisah nyata anak-anak yang dibesarkan hewan liar adalah pengingat. Bahwa menjadi manusia bukan sekadar takdir biologis. Ia adalah proses yang butuh sentuhan, bahasa, dan cinta dari manusia lainnya. Tanpa itu, kita bisa tersesat.
#AnakLiar #KisahNyata #Psikologi