Puisi Tentang Letusan Gunung Lewotobi di Flores Timur, NTT

Puisi Gunung Lewotobi
Foto Pikiran Rakyat

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) baru-baru ini memberikan laporan yang mengguncang, menceritakan kembali kisah letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Erupsi hebat ini, pada pagi yang gelap, melontarkan abu vulkanik setinggi lebih kurang 1.500 meter dari jantung kawah gunung tersebut.

Herman Yosef, petugas berani dari Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki, memberikan laporan detil yang menggetarkan hati. Erupsi terjadi pada pukul 08.23 WITA, memunculkan kolom abu yang mengarah ke utara dan timur laut. Dalam laporan yang diterima Antaranews di Jakarta, Herman mengungkapkan bahwa saat laporan ini disusun, gemuruh letusan masih menggema di kaki gunung.

Tidak dapat dipungkiri, sejak 9 Januari 2024 pukul 23.00 WITA, Gunung Lewotobi Laki-laki telah resmi menyandang status Level IV atau Awas. Tingkat status ini merupakan yang tertinggi dan memperingatkan bahwa erupsi atau letusan dapat membahayakan pemukiman di sekitar gunung tersebut.

Sebuah panggilan kepada kita semua untuk tetap waspada dan siaga di tengah ancaman alam yang tak terduga. Mari bersama-sama mendoakan keselamatan bagi mereka yang terdampak dan berharap bantuan segera tiba untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Dan untuk mengenang letusan Gunung Lewotobi Laki-laki ini, blog jadul tua bangka ini mencoba melukiskannya dalam sebuah puisi berikut ini.

Lewotobiku Sayang

Dalam gemuruh Lewotobi yang mencekam,
Semburan asap menari di langit, abu melukis tragedi.
Lahar panas dan dingin memisahkan langkah,
Orang-orang mengungsi, hati terhempas oleh derita.

Bumi gemetar, rintihan letusan bergema,
Mengheningkan desa-desa, menyapu kenangan.
Duka menyelimuti tanah yang subur,
Langit menangis, meratapi kepedihan.

Malam sunyi, langit kelam berkabung,
Mereka pergi, terguncang oleh takdir yang kejam.
Hanya bayangan puing, saksi bisu letusan,
Dalam doa, mereka mencari harapan.

Dinginnya pelukan alam yang marah,
Merampas pelukan kampung halaman.
Di setiap langkah pengungsi, hati menangis,Lewotobi, desa-desa jadi sunyi dalam pelukan ganasmu.

LihatTutupKomentar
Cancel