Kuingin Kau Kembali

Kupandangi kertas itu untuk yang kesekian kalinya. Sudah berkali-kali aku merobeknya dan sudah berkali-kali juga aku memungut potongan kertas itu lalu memperbaikinya hingga kelihatan seperti sebuah kertas usang yang sudah lusuh dan tidak berguna,namun sebaliknya, kertas itu sangat berarti.

Aku masih ingat isi tulisan itu yang mengatakan bahwa ia sangat mencintaiku dan ingin hidup bersamaku dalam suka maupun duka untuk selama-lamanya. Namun, kata selama-lamanya hanya bertahan sampai setahun. Dan itu menimbulkan luka besar di dadaku. Sekali lagi air mataku jatuh dan saat ini aku sedang tidak berniat menghapusnya.

“Kau menangis lagi,” kata Devi, aku tahu itu suaranya. Hanya ia yang tahu apa yang kurasakan selama 5 bulan terakhir ini. Lalu ia duduk di belakangku. Dan aku tidak ingin menolehnya, aku hanya ingin melihat surat itu lagi dan lagi. “Dia tidak pantas kau tangisi.” Katanya lagi.
Kuingin Kau Kembali
Jujur itu malah membuatku semakin terisak dan makin banyak air mata yang jatuh. “Aku tahu. Aku hanya tidak bisa berhenti  memikirkannya.”

“Itu karena kau tidak punya keinginan. Lupakan saja dia!”

“Andai saja aku bisa melakukan yang seperti kau katakan. Andai saja aku bisa melupakannya hanya dalam sekejap. Begitu banyak kenangan…. Sangat banyak, dan seluruh waktu yang kupunya bahkan tidak cukup sanggup untuk melupakannya dari pikiranku. Dan bagaimana aku bisa bertahan dari semua ini?” aku menunduk, dan sekali lagi meremas kertas yang sudah banyak terisi isolasi tersebut.

Devi mengelus pundakku. “Lambat laun semua akan terlewati. Aku yakin itu. Kau orang yang kuat.”

“Aku tidak punya kekuatan lagi. Bantu aku!”

Dan aku jatuh dalam pelukan Devi. Dia memelukku dari belakang. Dan aku memeluk lengannya yang dalam bayanganku adalah sebuah bantal atau seorang ibu yang melindungi anaknya dari kesakitan.

“Kau harus kuat..” katanya menangis juga, kasihan melihatku.

“Aku mencintainya, aku mencintainya.. bagaimana ia bisa melakukan itu padaku? Meninggalkanku demi dia?? Aku mencintainya.” Jeritku keras. Aku tak peduli lagi dengan tetangga yang akan mendengar atau seberapa deras air mataku yang keluar. Aku hanya ingin berteriak bahwa aku sangat mencintainya dan aku ingin ia kembali. Entah bagaimana itu caranya. Aku ingin ia kembali untukku….."

End..

Karya dari LuhDe Diah Chandra Prastyani
LihatTutupKomentar
Cancel